LAPORAN BACAAN 2 (PENGEMBANGAN KULTUR SEKOLAH AGAR TERCAPAINYA TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL)

 




Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…

Pekan lalu kita sudah membahas hal yang berkaitan dengan empat kompetensi dasar guru. Nah, pada minggu kedua ini maka topik yang saya ambil yaitu berkaitan dengan pengembangan kultur sekolah. Di dalam dunia pendidikan kita tahu bahwa sekolah memiliki peranan yang penting dalam mencapai tujuan Pendidikan Nasional. Sekolah menjadi sebuah tempat dalam menempuh pendidikan formal. Di Indonesia pendidikan terbagi menjadi tiga, yaitu pendidikan formal, pendidikan non formal dan pendidikan informal. Pendidikan formal terdiri dari TK, SD, SMA, SMA dan Perguruan Tinggi. Pendidikan non formal berupa TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an). Kajian di masjid dll, sedangkan pendidikan informal yaitu pendidikan yang diberikan oleh orang tua, homeschooling, dll

Nah, yang menjadi pembahasan kali ini kita lebih berfokus pada sekolah. Dimana sekolah merupakan salah satu tempat dalam menuntut ilmu yang berkaitan dengan pendidikan formal. Dalam Undang Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional  (UUSPN) bab II pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan  menyatakan bahwa “Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berahlak mulia, sehat,berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” Serta Bab III pasal 4 yang menyatakan “Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.” Dan bab IV pasal 5 yang menyatakan “Setiap warga Negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu.”

Berdasarkan UU No.20 Th 2003 diatas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi dalam mengembangkan kemampuan,  membentuk watak, serta membangun peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Selain itu Pendidikan Nasional juga memiliki tujuan yaitu dalam mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt serta memiliki sikap mulia, berwawasan luas, kreatif, mandiri, menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang harus menunaikan pesan atau amanat yang telah dicantumkan dalam UU tersebut. Karena hal itu merukan perintah yang telah disepakati oleh warga negara Indonesia dan harus ditunaikan. Salah satu faktor yang dapat menentukan keberhasilan dalam penyelengaraan proses pendidikan kultur yang dibangun dengan baik dalam lingkungan sekolah.

a. Pengertian Kultur dan Kultur Sekolah

Dalam Kamus Sosiologi Modern menyatakan bahwa kultur merupakan nilai-nilai yang diwariskan antar generasi. Lebih jelasnya kultur merupakan kebiasaan-kebiasaan  yang memiliki nilai yang terkandung di dalamnya serta dilakukan oleh individu maupun kelompok yang ditunjukkan oleh perilaku orang-orang yang bersangkutan. Sedangkan kultur sekolah menurut pendapat Deal dan Peterson,(1990) merupakan sebuah pola nilai, keyakinan dan tradisi yang terbentuk melalui sejarah sekolah. Menurut Stolp dan Smith,(1994) menyatakan bahwa kultur sekolah merupakan pola makna yang dipancarkan secara historis mencakup norma, nilai, keyakinan, seremonial, ritual, tradisi, dan mitos dalam sekolah. Menurut Zamroni,(2009) menyatakan bahwa kultur sekolah merupakan budaya dalam lingkungan sekolah yang menggambarkan pemikiran bersama (shared ideas), asumsi-asumsi (assumptions), nilai-nilai (values), keyakinan (belief), pemberi identitas (identity).

Djemari(2004) menyatakan bahwa kultur sekolah yang positif dapat memperbaiki kinerja sekolah, membangun komitmen warga sekolah serta membuat suasana kekeluargaan, kolaborasi, ketahanan belajar, semangat terus maju, dorongan bekerja keras, dan tidak mudah mengeluh. Kultur sekolah merupakan sebuah peran yang sangat vital dalam proses pendidikan,banyak peserta didik yang memiliki bakat atau potensi yang hebat namun karena kondisi kultur sekolah yang tidak mendukung membuat bakat atau potensi yang dimiliki oleh peserta didik tersebut tidak berkembang secara optimal karena kondisi sekolah yang tidak mendukung. Sebaliknya apabila seorang peserta didik  yang hanya memiliki bakat biasa saja namun karena kondisi sekolah mendukung akhirnya bakat yang ia miliki dapat berkembang dengan optimal. Hal ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Zamroni,(2010) yang mengatakan bahwa  “Pembelajaran yang baik hanya dapat berlangsung pada sekolah yang memiliki kultur positif. Kultur sekolah yang sehat akan berdampak kesuksesan siswa dan guru dibandingkan dengan dampak bentuk reformasi pendidikan lainnya. Kultur sekolah yang sehat dan positif berkaitan erat dengan motivasi dan prestasi siswa serta produktivitas dan kepuasan guru”.

Dari beberapa pendapat para ahli yang sudah disebutkan diatas dapat disimpulkan bahwa kultur sekolah merupakan pola nilai, tradisi serta keyakinan yang terbentuk melalui sejarah sekolah yang dipancarkan secara historis. Serta kultur merupakan budaya sekolah yang di dalamnya terkandung pemikiran, asumsi, dan pemberi identitas dari sekolah itu sendiri. Kultur sekolah juga terbagi menjadi dua jenis yaitu kultur sekolah yang positif dan kultur sekolah yang bersifat negatif. Kultur sekolah yang bersifat positif dapat memperbaiki kinerja sekolah, dapat membangun komitmen warga sekolah, memberi semangat dalam memajukkan sekolah menjadi lebih baik, dorongan dalam bekerja keras, serta tidak mudah berputus asa dalam menghadapi kegagalan. Sebaliknya kultur sekolah yang bersifat negatif dapat memberikan kesan yang tidak baik pula terhadap sekolah itu sendiri. Misalnya seperti antar warga sekolah tidak menjalin tali silaturahmi yang baik, siswa setiap ulangan selalu menyontek, siswa maupun guru selalu datang terlambat pergi kesekolah, guru yang tidak menghargai hasil karya peserta didiknya dan masih banyak lagi contoh-contoh lain yang mencerminkan sekolah memiliki kultur bersifat negatif. Lebih detailnya berikut contoh-contoh kultur sekolah bersifat positif dan kultur sekolah bersifat negatif:

Contoh-contoh kultur positif dalam lingkungan sekolah:

1.      Warga sekolah berkayakinan bahwa hanya mereka yang belajar dan berusaha dengan sungguh-sungguh yang akan memperoleh prestasi yang tinggi

2.      Yakin bahwa prestasi dan proses pencapaiannya sama seperti dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan

3.      Sangat menjunjung tinggi nilai religius, norma sosial, etika dan moral

4.      Visi, misi serta aksi yang ditunjukkan berjalan dengan beriringan

5.      Kepala sekolah, pendidik serta tenaga kependidikan memiliki semangat kerja yang tinggi

6.      Seluruh warga sekolah memiliki komitmen untuk selalu belajar sepanjang hayat

7.      Setiap pendidikan akan selalu menghargai prestasi siswanya

  1. Memiliki simbol-simbol yang menekankan penghargaan dan sangsi, sehingga mendorong pencapaian prestasi dan menghambat pelanggaran dan tidak memiliki prestasi
  2. Lingkungan sekolah yang bersih, rapi, sejuk, dan aman
  3. Setiap warga sekolah bekerja sama dan saling tolong menolong

Contoh-contoh kultur negatif dalam lingkungan sekolah:

1.Siswa memiliki keyakinan bahwa belajar asal-asalan yang penting naik kelas

2.Siswa ingin meraih prestasi dengan menghalalkan segala cara sekalipun melanggar norma dan nilai. Seperti menyontek, plagiat dll

3.Siswa tidak berantusias dalam mengerjakan tugas

4.Siswa tidak khawatir dengan nilai raport yang jelek dan berpikir bahwa nilai itu tidak terlalu penting

5.Siswa malas belajar dikarenakan guru yang tidak menarik, tidak antusias dalam mengajar dan tidak menguasai materi

6. Hasil karya siswa tidak dihargai

7.  Guru sering melecehkan siswa dan tidak memperlakukan siswa sebagaimana mestinya

8.      Sekolah tidak disisplin dalam melaksanakan proses belajar

9.      Kebijakan yang dilakukan oleh pihak sekolah bersifat pilih kasih

10.  Diantara warga sekolah memiliki pertentangan dan tidak adanya saling percaya’

11.  Banyak siswa maupun guru yang selalu datang terlambat

12.  Memiliki lingkungan sekolah yang kumuh dan jarang dibersihkan

 

b.      Asas Pengembangan Kultur Sekolah

Dalam pengembangan kultur sekolah maka harus berpegang teguh pada asas-asanya yang terdiri dari:

1.   Kerjasama antar team. Kerjasama antar team dalam lingkungan sekolah sangat penting. Setiap sekolah pasti memiliki berbagai tujuan positif. Nah, dengan saling bekerjasama antar team maka akan muncul kekuatan yang dapat mencapai tujuan tersebut.

2.  Kemampuan. Menunjuk pada kemampuan untuk mengerjakan tugas dan tanggung jawab pada tingkat kelas atau sekolah. Dalam lingkungan pembelajaran, kemampuan profesional guru bukan hanya ditunjukkan dalam bidang akademik tetapi juga dalam bersikap dan bertindak yang mencerminkan pribadi pendidik.

  1. Keinginan.Merujuk pada kemauan atau kerelaan untuk mengerjakan  tugas dan tanggung jawab untuk memberikan kepuasan terhadap siswa dan masyarakat.
  2. Kegembiraan (happiness). Nilai kegembiraan ini harus dimiliki oleh seluruh personil sekolah dengan harapan kegembiraan yang kita miliki akan berimplikasi pada lingkungan dan iklim sekolah yang ramah dan menumbuhkan perasaan puas, nyaman, bahagia dan bangga sebagai bagian dari personil sekolah.
  3. Hormat (respect). Rasa hormat merupakan nilai yang memperlihatkan penghargaan kepada siapa saja baik dalam lingkungan sekolah maupun dengan stakeholders pendidikan lainnya. Sikap respek dapat diungkapkan dengan cara memberi senyuman dan sapaan kepada siapa saja yang kita temui, bisa juga dengan memberikan hadiah yang menarik sebagai ungkapan rasa hormat dan penghargaan kita atas hasil kerja yang dilakukan dengan baik.
  4. Jujur (honesty). Nilai kejujuran merupakan nilai yang paling mendasar dalam lingkungan sekolah, baik kejujuran pada diri sendiri maupun kejujuran kepada orang lain. Nilai kejujuran tidak terbatas pada kebenaran dalam melakukan pekerjaan atau tugas tetapi mencakup cara terbaik dalam membentuk pribadi yang obyektif.
  5. Disiplin (discipline). Disiplin merupakan suatu bentuk ketaatan pada peraturan dan sanksi yang berlaku dalam lingkungan sekolah. Disiplin yang dimaksudkan dalam asas ini adalah sikap dan perilaku disiplin yang muncul karena kesadaran dan kerelaan kita untuk hidup teratur dan rapi serta mampu menempatkan sesuatu sesuai pada kondisi yang seharusnya.
  6. Empati (empathy). Empati adalah kemampuan menempatkan diri atau dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain namun tidak ikut larut dalam perasaan itu. Sikap ini perlu dimiliki oleh seluruh personil sekolah agar dalam berinteraksi dengan siapa saja dan dimana saja mereka dapat memahami penyebab dari masalah yang mungkin dihadapai oleh orang lain.
  7. Pengetahuan dan Kesopanan. Pengetahuan dan kesopanan para personil sekolah yang disertai dengan kemampuan untuk memperoleh kepercayaan dari siapa saja akan memberikan kesan yang meyakinkan bagi orang lain.

c.       Prinsip Pengembangan Kultur Sekolah

ü  Upaya pengembangan budaya sekolah seyogyanya mengacu kepada beberapa prinsip berikut ini.

ü  Berfokus pada Visi, Misi dan Tujuan Sekolah.

ü  Penciptaan Komunikasi Formal dan Informal..

ü  Inovatif dan Bersedia Mengambil Resiko.

ü  Memiliki Strategi yang Jelas.

ü  Berorientasi Kinerja.

ü  Sistem Evaluasi yang Jelas.

ü  Memiliki Komitmen yang Kuat.

ü  Keputusan Berdasarkan Konsensus.

ü  Sistem Imbalan yang Jelas.

ü  Evaluasi Diri. 


d.  Manfaat Pengembangan Kultur Sekolah

Beberapa manfaat yang bisa diambil dari upaya pengembangan kultur sekolah, diantaranya : (1) menjamin kualitas kerja yang lebih baik; (2) membuka seluruh jaringan komunikasi dari segala jenis dan level baik komunikasi vertikal maupun horisontal; (3) lebih terbuka dan transparan; (4) menciptakan kebersamaan dan rasa saling memiliki yang tinggi; (4) meningkatkan solidaritas dan rasa kekeluargaan; (5) jika menemukan kesalahan akan segera dapat diperbaiki; dan (6) dapat beradaptasi dengan baik terhadap perkembangan IPTEK. Selain beberapa manfaat di atas, manfaat lain bagi individu (pribadi) dan kelompok adalah :  (1) meningkatkan kepuasan kerja; (2) pergaulan lebih akrab; (3) disiplin meningkat; (4) pengawasan fungsional bisa lebih ringan; (5) muncul keinginan untuk selalu ingin berbuat proaktif; (6) belajar dan berprestasi terus serta; dan (7) selalu ingin memberikan yang terbaik bagi sekolah, keluarga, orang lain dan diri sendiri.https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/03/04/manfaat-prinsip-dan-asas-pengembangan-budaya-sekolah/

 

 

 

 

 

 

 

Komentar